Langsung ke konten utama

Masa Depan Skripsi

Skripsi bukan merupakan barang asing bagi insan yang pernah mengenyam bangku pendidikan tinggi. Sebagai bagian dari rangkaian aktivitas pembelajaran, skripsi menempati posisi penghujung (pungkasan) yang akan menentukan nasib dari seorang mahasiswa. Pengorbanan untuk membangun skripsi tak hanya tenaga dan pikiran saja, uang serta waktu juga urun di sana. Cukup beruntung jika sebagian mahasiswa mendapat bantuan pendanaan dari proyek penelitian dosennya. Namun, sebagian harus merogoh kocek sendiri (orang tua) alias mandiri. Jikalau memang banyak pengorbanan yang harus dicurahkan dalam membuat skripsi, lantas mengapa hingga saat ini skripsi umumnya bertengger di rak-rak perpustakaan atau arsip laboratorium. Apakah memang harus demikian nasib skripsi?. Skripsi seharusnya bisa ambil bagian dalam penemuan atau pengembangan ilmiah untuk memecahkan problem. Berikutnya, saya akan mengutarakan pemikiran atau ide dengan harapan nasib skripsi akan lebih cerah di masa mendatang.

Di dalam buku pedoman pendidikan (cetakan IV, edisi tahun 2010) Fakultas Farmasi UJ disebutkan bahwa tujuan skripsi "... memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswanya untuk membuat karya ilmiah tertulis, dengan menerapkan sikap, cara berpikir, dan metode ilmiah dalam memecahkan masalah kefarmasian melalui penelitian ... ". Dari sini tampak bahwa seharusnya skripsi itu menjadi bagian dari upaya untuk memecahkan problem (nyata). Meski penekanannya untuk memberikan pembelajaran ilmiah atau pengalaman belajar, namun ini tidak berarti bahwa pemanfaatan skripsi berhenti pada titik ini saja. Bila kita renungkan kembali betapa banyak pengorbanan yang dicurahkan maka sepantasnya kita berupaya menggali manfaat skripsi lebih dari sekedar soal belajar. Skripsi seyogyanya memiliki manfaat lebih, minimal menjadi temuan yang terpublikasi ilmiah. Di sisi lain, dengan bimbingan dua dosen dan dua penguji berarti skripsi juga telah melalui peer-review. Hal ini bisa menepis anggapan skripsi tidak layak karena berlabel Mahasiswa S1. Skripsi bisa bermanfaat lebih sebagaimana ungkapan sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Pada praktiknya, skripsi bisa diintegrasikan dalam peta jalan (roadmap) penelitian. Sementara ini umumnya penelitian dari proyek atau grant pemerintah. Pelibatan skripsi dalam penelitian yang terkonsep akan menjadi bahan bakar tambahan untuk mempercepat riset. Dari sisi mahasiswa, mereka bisa mendapatkan topik penelitian yang berbobot sehingga bisa mendapatkan pengalaman belajar
yang lebih baik. Dengan pustaka yang mungkin tersedia maka mahasiswa akan bisa lebih mendalam dalam meninjau atau menelaah pustaka yang diperlukan. Mahasiswa juga akan lebih terhindar dari meneliti sesuatu yang sudah dilakukan. Dengan menjadi bagian dari penelitian besar, maka mahasiswa berarti memberi nilai nyata dalam pengembangan sesuatu. Hal ini tercapai jika kolaborasi dosen (peneliti) dan mahasiswa terselenggara dengan baik.

Upaya menggeliatkan atmosfer akademik di fakultas juga bisa dicapai dengan memanfaatkan skripsi. Skripsi bisa dijadikan bahan untuk publikasi ilmiah setingkat mahasiswa alias jurnal mahasiswa. Ini alih-alih jika skripsi tidak layak untuk diangkat ke publikasi ilmiah umumnya (terakreditasi/tidak). Adanya jurnal mahasiswa akan melengkapi pengalaman belajar mahasiswa dengan mampu membuat jurnal ilmiah. Selain jurnal mahasiswa, hasil-hasil penelitian mahasiswa (skripsi) bisa dibahas dalam even ilmiah seperti pekan ilmiah mahasiswa. Bukan even nasional maksudnya, melainkan pekan ilmiah mahasiswa setingkat fakultas. Kegiatan ini akan bisa memperluas wawasan penelitian baik mahasiswa tingkat akhir maupun mahasiswa lainnya. Tentunya even ilmiah ini tidak hanya terkait skripsi saja, tetapi skripsi menjadi bagian inti dari kegiatan ini.

Pemikiran ini terus berdengung di kepala saya, hingga akhirnya sedikit saya bagi melalui tulisan ini. Tentunya usul saran ini bukanlah terbaik dari pemikiran anda sekalian. Intinya saya ingin mengajak anda untuk terus menggulirkan ide dan urun rembug untuk memperbaiki masa depan skripsi. Kritik, komentar, dan saran yang membangun dari anda akan sangat membantu mematangkan uneg-uneg saya ini. Semoga bermanfaat.

sumber gambar: wikimedia.org/wikipedia.org

Postingan populer dari blog ini

Cara Praktis Mengubah Gaya Harvard ke Gaya Vancouver

Pada tulisan Menambahkan Style di Zotero saya menguraikan bagaimana kita bisa membubuhkan gaya sitasi (style) baru ke dalam zotero. Nah, dengan beragam koleksi style yang ada kita bisa dengan mudah dan cepat mengubah suatu style ke style yang lain. Sewaktu-waktu kita dapat mengubah style sitasi dari karya tulis ilmiah kita tanpa harus bekerja mulai dari nol. Perubahan tersebut cukup kita lakukan di aplikasi word processor kita, tanpa perlu terkoneksi dengan internet atau harus online.

Mengapa Suatu Pelarut Dikatakan Polar?

U ntuk mendapatkan suatu senyawa dari suatu bahan tumbuhan, kita dapat menjalankan proses yang dinamakan dengan "ekstraksi berpelarut" ( solvent extraction ) atau bisa disebut "ekstraksi" saja. Pelarut yang akan digunakan untuk ekstraksi harus dipilih yang cocok. Kriteria yang digunakan untuk memilih pelarut ekstraksi antara lain masalah harga, toksisitas, ketersediaan, selektivitas solut, kesulitan untuk rekoveri, sifat fisik (kelarutan dalam air, viskositas, titik didih) dan keamanan penggunaannya (keterbakaran, volatilitas). Keputusan akhir biasanya merupakan jalan tengah di antara kriteria tersebut. Namun, untuk skala laboratorium, kriteria yang menjadi kunci pemilihan pelarut yaitu faktor kelarutan (solubilitas) dan selektivitas (Cannel, 1998:61). Kedua faktor kunci tersebut berhubungan dengan kepolaran molekul pelarut itu sendiri. Kepolaran menunjukkan kekuatan gaya tarik menarik antara molekul. Jika dua zat memiliki gaya-tarik-antara-molekul yang sama ata

Cara Cepat Membuat Kutipan dan Daftar Pustaka dengan Zotero

B agaimana cara anda membuat kutipan (sitasi) dan daftar pustaka pada karya tulis ilmiah? mungkin cara anda adalah dengan langkah-langkah berikut: pertama, anda menyalin (kopi) atau menyimpan dokumennya (buku, jurnal, halaman web) lalu menandai keterangan yang anda perlukan baik rincian pustakanya, maupun teks yang akan dikutip; kedua, anda memasukkan teks dan kutipan (sitasi) ke dalam tulisan sekaligus mencantumkannya ke daftar pustaka; ketiga, anda melakukan langkah pertama dan kedua berulang-ulang baik untuk memasukkan pustaka baru, memberi kutipan yang sama di paragraf yang lain, penyuntingan jika ada kesalahan nama atau tahun, dan sebagainya. Pastinya hal ini akan melelahkan dan membuat sebagian kita menjadi frustasi (mungkin trauma) saat membuat karya tulis ilmiah. Bayangkan jika tulisan kita memuat puluhan jurnal atau buku. Jika ada yang salah, apakah anda akan memeriksa halaman demi halaman (tentu tidak!). Perlu saya sampaikan bahwa cara anda tersebut adalah cara sulit, kenapa