Langsung ke konten utama

Prospek dan Pengembangan Obat Herbal Indonesia

Judul di atas merupakan tema dari seminar yang dilaksanakan Sabtu, 11 Juni 2011 bertempat di Rumah Sakit Penyakit Tropis, Kampus C Universitas Airlangga Surabaya. Seminar dihadiri oleh akademisi fakultas farmasi dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur, Klinisi dari RS dr. Soetomo Surabaya, serta dari kalangan industri obat tradisional. Acara ini diselenggarakan oleh CPPD (Centre for Phytopharmaceutical Product Development) Fakultas Farmasi Unair yang didukung oleh Alpha Analytical bekerja sama dengan Rumah Sakit Penyakit Tropis Kemenkes RI. Pembicara yang digadang oleh panitia yaitu Prof. Dr. Suharto (FK Unair), Prof Dr. Sukardiman, MS., Apt. (Farmasi Unair), Bobby Fachrizal Assidiq, Ph.D (Alpha Analytical), dan Prof. Dr. Siswandono, MS., Apt. Masing-masing pembicara membawakan materi yang menjadi kepakaran masing-masing. Materi tersebut cukup lengkap mulai membahas dari sisi klinis, fitofarmasi, analisis bahan alam, dan komputasi kimia medisinal.

Pembicara pertama dalam seminar ini Prof. Dr. Suharto yang menyajikan "Peran Klinisi dalam Pengembangan Herbal Medicine". Awal materi beliau banyak menyinggung soal latar belakang (situasi) penggunaan obat herbal hingga saat ini. Lebih lanjut beliau menunjukkan referensi-referensi yang dibuat oleh WHO (World Health Organization) seperti "The World Medicines Situation 2011" yang memiliki lebih dari satu seri judul. Beliau menekankan perlunya pembagian peran yang jelas antara dokter, apoteker, dan perawat seperti dalam diagram "The Medicine Management Cycle" dalam rangka pengembangan pengobatan berbasis herbal. Hal yang menarik dan baru bagi saya, beliau mengetengahkan jurnal yang membahas tentang pendekatan "reverse pharmacology" dalam pencarian obat. Istilah tersebut maksudnya jika selama ini pencarian obat diawali dengan preklinis kemudian dilanjutkan dengan uji klinis, maka pendekatannya dibalik menjadi klinis dahulu baru kemudian diklarifikasi dengan uji preklinis. Pendekatan ini diklaim lebih menguntungkan dibanding dengan pendekatan biasa. Saya pribadi masih sangat awam mengenai hal ini, tetapi sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut.

Sesi kedua diisi oleh Prof. Dr. Sukardiman, MS., Apt. dengan judul "Hasil Riset Obat Herbal Peer Group Riset Fakultas Farmasi yang Potensial Diaplikasikan di Industri". Sebagaimana judulnya, beberapa hasil penelitian dari Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Unair ditunjukkan oleh beliau. Status obat herbal yang dikembangkan mulai dari obat herbal terstandar (OHT) hingga tahap fitofarmaka. Produk riset yang dikembangkan sebagai fitofarmaka yaitu Kapsul/Tablet Ekstrak Gandarusa (kontrasepsi) dan Kapsul Campuran Ekstrak Sambiloto (antikanker). Obat herbal yang berstatus OHT antara lain fraksi diterpen sambiloto (antimalaria), campuran ekstrak sambiloto dan temu kunci (antimalaria), ekstrak sambiloto (antihepatoprotektif), ekstrak johar (antimalaria), ekstrak kulit batang cempedak (antimalaria), ekstrak jambu biji (anti DBD), ekstrak pegagan, dan ekstrak daun salam (anti asam urat).

Pemateri ketiga dari Alpha Analytical mengangkat tema analisis bahan alam "Mass Spectrometer Technology for Natural Products Analysis in Drug Design". Mr. Bobby menjelaskan mengenai penggunaan LC-MS untuk analisis senyawa bahan alam. Gabungan antara LC atau HPLC dengan MS memberikan keuntungan sensitifitas, spesifitas, aplikasinya luas, informasinya multi dimensi, dan rentang konsentrasi bahan uji yang dinamis (rendah-tinggi). Adanya MS memungkinkan diketahuinya massa molekul dan informasi mengenai struktur kimia bahan alam.

Adapun materi penutup "Drug Design and Molecular Modelling of Herbal Bioactive Compounds" diterangkan oleh Prof. Dr. Siswandono, MS., Apt. Beliau menerangkan bagaimana pengembangan obat berbasis senyawa aktif bahan alam dengan pendekatan molecular modelling. Lebih lanjut diterangkan mengenai proses perancangan obat baru dari senyawa bahan alam yang ditemukan. Dengan mengetahui reseptor target dalam tubuh bisa dikembangkan senyawa baru dengan aktivitas yang lebih baik misal bioavailabilitas yang lebih bagus, dosis yang lebih kecil, toksisitas yang lebih rendah dan sebagainya. Sebagai contoh, beliau mengemukakan pengembangan penisilin dimana dipakai aplikasi seperti ChemBioDraw Ultra 11.0 (2D structure and determining of phsycochemical properties), ChemBio3D Ultra 11.0 (3D structure), Molegro Virtual Docker 4.0 (Docking) dan SPSS Statistics 18.0 (QSAR). Prof. Sis mengemukakan keinginan beliau untuk memiliki aplikasi yang lebih baru dengan kemampuan 4D bahkan 5D. Hal yang menarik bagi saya, aplikasi-aplikasi tersebut ungkap beliau berjalan di atas Linux.

Demikian hasil dari jalan-jalan ke Surabaya, 11 Juni 2011 kemarin. Semoga bermanfaat bagi saya tentunya, barangkali bagi anda juga.

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Suatu Pelarut Dikatakan Polar?

U ntuk mendapatkan suatu senyawa dari suatu bahan tumbuhan, kita dapat menjalankan proses yang dinamakan dengan "ekstraksi berpelarut" ( solvent extraction ) atau bisa disebut "ekstraksi" saja. Pelarut yang akan digunakan untuk ekstraksi harus dipilih yang cocok. Kriteria yang digunakan untuk memilih pelarut ekstraksi antara lain masalah harga, toksisitas, ketersediaan, selektivitas solut, kesulitan untuk rekoveri, sifat fisik (kelarutan dalam air, viskositas, titik didih) dan keamanan penggunaannya (keterbakaran, volatilitas). Keputusan akhir biasanya merupakan jalan tengah di antara kriteria tersebut. Namun, untuk skala laboratorium, kriteria yang menjadi kunci pemilihan pelarut yaitu faktor kelarutan (solubilitas) dan selektivitas (Cannel, 1998:61). Kedua faktor kunci tersebut berhubungan dengan kepolaran molekul pelarut itu sendiri. Kepolaran menunjukkan kekuatan gaya tarik menarik antara molekul. Jika dua zat memiliki gaya-tarik-antara-molekul yang sama ata...

Cara Praktis Mengubah Gaya Harvard ke Gaya Vancouver

Pada tulisan Menambahkan Style di Zotero saya menguraikan bagaimana kita bisa membubuhkan gaya sitasi (style) baru ke dalam zotero. Nah, dengan beragam koleksi style yang ada kita bisa dengan mudah dan cepat mengubah suatu style ke style yang lain. Sewaktu-waktu kita dapat mengubah style sitasi dari karya tulis ilmiah kita tanpa harus bekerja mulai dari nol. Perubahan tersebut cukup kita lakukan di aplikasi word processor kita, tanpa perlu terkoneksi dengan internet atau harus online.

Apa Software Merdeka Itu? (Bagian 2 dari 5)

M aryanto (2010) mengutarakan bahwa di era teknologi informasi, muncul pertanyaan: ”Pentingkah kemerdekaan di bidang software atau program komputer?”, ”Sudahkah kita merasa merdeka ketika menggunakan komputer dan gadget lainnya?”. Dalam istilah FOSS (free/open source sofware), kemerdekaan adalah kebebasan untuk menggunakan program yang telah kita dapatkan, baik secara berbayar maupun gratis. Pengguna juga memperoleh kebebasan untuk mempelajari cara kerjanya, lalu memodifikasinya, dan menyebarluaskannya. Linux merupakan contoh produk berbasis FOSS yang dapat digunakan secara merdeka. Kebalikan dari merdeka adalah terikat (proprietary). Terikat tidak berarti harus membayar lisensi yang mahal, terikat dapat berarti menggunakan program secara tidak legal (ilegal), sehingga dapat dihukum di dunia maupun di akhirat. Terikat juga dapat berbentuk ketergantungan kepada pembuatnya atau vendor tertentu saja sehingga jika ada masalah di kemudian hari, tidak ada pilihan lain kecuali meminta bantuan...